Teruntuk
kamu yang pernah menjadi puisiku, aku ingin mengirimkan sebuah pesan rindu yang
telah tertumpuk di dasar hati lewat syair sederhana, berharap kau mengerti aku
meninggalkanmu bukan karena aku benci dengan tinta hati yang kau ukir,
melainkan ingin menjaga hatimu agar tidak terluka oleh ocehku. Percayalah aku
tidak akan melupakanmu, karena aku tidak akan pernah bisa mampu untuk melupakanmu.
Aku akan tetap mengukir namamu di tempat yang kusebut “galeri hati”, meski
hanya dalam bayangan semuku.
Tahakah kau ?, aku disini sendiri,
menatap senja ditemani bunga layu darimu yang masih ku simpan dengan semua
cerita dan perjuanganmu agar bunga itu ada dalam genggamku. Aku masih disini,
di tempat saat kau mengukir rangkaian kata yang tulus hanya untukku, sambil mengingat
cerita saat kau dan aku masih menjadi “KITA”, saat senyummu yang seakan
memelukku, tawamu yang membelaiku dalam waktuku yang terasa lama saat kau
menatapku dengan indah. Ingin ku berlari dan memelukmu sambil berkata “aku
masih mencintaimu”, tapi aku tidak boleh melakukan itu, bukan aku dan bukan
kamu yang salah dalam kisah ini, tapi keyakinan dalam diri kita yang berbeda
dan tidak akan pernah bisa disatukan dalam ikatan suci.
Saat ini aku buta dan aku bisu, aku
buta akan pengelana hati yang datang dengan menyuguhkan ketulusan cinta, kau
yang membuatku seperti ini, karena hanya kau yang mampu membuatku buta akan
cahaya selain sinarmu, hanya kau yang mampu membuatku bisu dalam rindu, karena
memang hanya kau yang indah dalam pandangku. Aku hanya memohon jangan pandang
aku lagi apapun alasannya, kau hanya perlu mengerti tanpa harus memahami. Tinggalkanlah
aku sebelum aku menahanmu untuk pergi.
Ya,
aku harus mulai membiasakan diri tanpa jejakmu, melangkahkan langkahku yang
hilang untuk melihat dunia luar tanpamu, maaf jika langkahku tak kau ketahui. Aku
hanya ingin memulai kisah baru dalam hidupku tanpa melupakan kisah yang pernah
kau toreh dalam kertas putihku. Berharap kau melakukan hal yang sama, melangkah
dengan hal baru tanpa melupakanku yang pernah ada dalam kisah cintamu.
Terima
kasih untukmu yang telah mengajariku banyak hal, yang telah membuatku menjadi
lebih baik dan menjadikanku sempurna saat aku ada dalam pelukmu. Maaf jika ocehku
pernah menyakiti hatimu.
Teruntuk
kamu puisiku, terbanglah bersama sayap dengan cahaya untuk hidupmu yang akan
lebih sempurna tanpa aku, karena aku akan belajar memulai kisah tanpamu meski
masih ada bayangmu yang selalu hadir dalam mimpiku. Aku mohon untuk terakhir kalinya,
tinggalkan aku dengan senyuman tanpa satupun air mata yang menetes di pipimu
dan perlahan aku akan melepas hangatnya genggamanmu. aku tidak pernah menyesal
telah mengukir kisah bersamamu di kanvas hidupku, karena kau adalah cahaya
terindah dalam galeri hatiku.
*Keterangan : Tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel Bernard batubara.